Menurut yang tertulis dalam Babat Lombok, Setelah Kerajaan Islam Selaparang dikalahkan oleh kerajaan Hindu Bali (Baca : Kerajaan Karang Asem) yang menaklukkan seluruh pulau Lombok pada tahun 1740-1894, Maka semua Patih Kerajaan Seleparang bersama pengikutnya mengungsi menyelamatkan diri dan membawa harta benda mereka. Hal ini berarti bahwa masa keruntuhan atau penaklukan kerajaan Seleparang terjadi pada masa kekuasaan Raden Mas Syayid (Raja terkahir kerajaan Seleparang).
Diantara para pengungsi itu, tersebutlah Denang Patih Selaparang dan para pengikutnya sampai di hutan belantara, patih itulah bernama Raden Anggaraksa. Melihat keadaan hutan belantara yang sangat lebat dianggap aman dari incaran bala tentara kerajaan Hindu Bali, konon kawasan hutan belantara tersebut terdapat banyak tumbuh pepohonan yang bernama “ Pohon Mamben “atau “ Kayu Mamben “, (Baca Sasak : Kayuq Mamben).Jadi kata Mamben berasal dari nama sebuah pohon atau kayu yang tumbuh di hutan belantara yang dihuni oleh Denang Patih Seleparang beserta para pengikutnya, mereka menetap dan tinggal di dalam hutan belantara tersebut, serta disanalah mereka memulai kegiatan mencari nafkah dengan cara membuka lahan pertanian dan pemukiman dengan cara membabat hutan.Kawasan hutan belantara itulah menjadi tempat tinggal mereka yang tetap, dan jumlah penduduknya dari tahun ketahun semakin bertambah banyak, sehingga maka dibutuhkan seorang pemimpin yang mengatur upacara adat istiadat, menjaga keamanan dan ketertiban serta hal-hal yang diperlukan oleh masyarakatnya, dengan maksud mengangkat seseorang yang dianggap mampu, berpengaruh atau berkarismatik sebagai pimpinan mereka. Maka diangkatlah Raden Anggaraksa sebagai pemimpinnya pada tahun 1748, sehingga pada tahun tersebut diabadikan sebagai tahun berdirinya Desa Mamben. (Sumber : Data Monografi Desa Mamben Lauk), dengan batas wilayahnya :Sebelah Utara : Desa Wanasaba Sebelah Timur : Wilayah Apitaik Sebelah Selatan : Wilayah Kalijaga Sebelah Barat : Lembah Gunung RinjaniMeskipun pada saat itu seluruh Lombok berada dalam kekuasaan kerajaan Karang Asem, namun didalam menjalankan pemerintahan ke bawah, diserahkan kepada orang-orang Sasak, yang kebanyakan dari kalangan keturunan dari Raja-raja dan punggawa kerajaan yang pernah berkuasa di kerajaan Seleparang. Sedangkan pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang, desa Mamben berada dalam wilayah kedisterikan Masbagik yang terdiri atas 10 (sepuluh) Desa.
- Raden Anggaraksa : 1748 s/d 1778
- Raden Srinate : 1778 s/d 1803
- Raden Gumirang : 1803 s/d 1825
- Raden Wirangga : 1825 s/d 1853
- Jero Wirasih : 1853 s/d 1878
- Jero Wirangsa : 1878 s/d 1908
- Jero Wiraja : 1908 s/d 1918
- Bapak Sinarah : 1918 s/d 1936
- H.Sanudin : 1936 s/d 1950
- Bapak Anhar : 1950 s/d 1961
- H.Abubakar : 1961 s/d 1974
- H.Abdul Raqib : 1974 s/d 1988
- Drs. Mukhtar : 1988 s/d 1996
- Hanan.SE : 1996 s/d 2004
- Ir.Ahmad Wus’an : 2004 s/d 2011
- Hanan,SE.MM : 2011 sampai sekarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar