Jumat, 13 September 2013

DEMOKRASI DALAM PANDANGAN ISLAM

Apa itu Demokrasi ?
Demokrasi sudah dikenal sejak zaman Plato. Namun, kemunculan ulang demokrasi berawal dari ingatan dunia barat akan agama sebagai mimpi buruk 800 tahun. Mereka menganggap perlu untuk menyingkirkan agama dari negara. Gereja sudah terlampau otoriter mengatur urusan negara dengan mengambil pajak kepada rakyat. Inilah pemikiran awal pemisahan gereja dan negara. Dengan kata lain lahirlah sekulerisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan bernegara atau kehidupan sosial dan menghilangkan fungsi tuhan dalam mengatur kehidupan. Konsekuensinya, kaum barat butuh aturan baru. Dengan prinsipnya menjadikan setiap rakyat memiliki kedaulatan untuk membuat hukum.
“Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.” (http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi)
Jadi demokrasi bukanlah hanya persoalan pemilihan pemimpin ataupun demokrasi. Kalaulah boleh dikelompokkan, demokrasi macam ini hanyalah demokrasi prosedural. Demokrasi juga bukan menghormati hak seseorang sebagai manusia. Demokrasi juga bukan hanya persoalan menghormati perbedaan pendapat. Berdasarkan prinsipnya, maka demokrasi adalah menjadikan setiap rakyat memiliki kedaulatan untuk membuat hukum, dan mengambil hak Tuhan sebagai pembuat hukum lalu menyerahkannya kepada manusia.
Islamic Democracy ?
Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah
(TQS. Yusuf [12]: 40)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya
(TQS an-Nisaa [4]: 65)
Sebagai seorang muslim yang sudah memilih untuk beriman dengan proses berpikir disertai dalil-dalil yang menguatkan, bahwa Islam adalah agama yang benar, tentu sudah bagian dari konsekuensi yang harus dia ambil : apapun perintah dan larangan Allah dia akan melaksanakannya, karena apa yang dia lakukan di dunia harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Demokrasi mengatakan kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Aturan hidup di dunia yang membuat rakyat, tentu menyalahi bahwa hanya Tuhan yang Maha Sempurna-lah yang berhak membuat aturan atas manusia. Selain, manusia, jikalau dia membuat aturan akan banyak kepentingan yang dia pikirkan dalam membuat aturan itu. Demokrasi menjadikan mekanisme suara terbanyak untuk menentukan kebenaran. Sementara Islam, kebenaran hanya bersandar pada hukum syara’ serta fikih ahkamul khomsah. Demokrasi juga merupakan syirik besar karena didalamnya ada unsur menjadikan para pembesar sebagai pengganti Tuhan selain Allah. Demokrasi mencampurkan antara yang haq dan yang bathil.
Contoh yang dapat dijadikan kasus, Anda coba bayangkan bahwa segala hal dalam demokrasi dapat dimusyawarahkan. Seandainya Anda sedang rapat dan akan tiba waktu shalat. Atas nama demokrasi, bisa saja Anda membahas apakah Anda akan dibolehkan sholat atau tidak, jika suara terbanyak adalah tidak, konsekuensinya Anda harus (dipaksa) melaksanakannya. Tentu berbeda dengan Islam, tidak semua hal dapat di musyawarahkan. Hanya pada ranah yang bukan kewajiban dan yang memang masih dapat dimusyawarahkan.
“Perumpamaan orang-orang yang taat dan yang melanggar adalah seperti kaum yang menumpang dalam kapal. Sebagian dari mereka berada di bagian atas dan sebagian lain berada di bawah. Jika orang yang berada di bagian bawah membutuhkan air, mereka harus melawati orang-orang yang ada di atasnya. Lalu mereka berkata: “Andai saja kami lubangi (kapal) pada bagian kami, tentu kami tidak akan menyakiti orang-orang yang berada di atas kami”. Tetapi jika yang demikian itu dibiarkan oleh orang-orang yang berrada di atas (padahal mereka tidak menghendakinya), maka binasalah seluruh isi kapal itu. Dan jika mereka mencegahnya, maka selamatlah semuanya”. (HR. Bukhari)
Demokrasi adalah ibarat lubang kecil pada kapal bagian bawah, tidak langsung menimbulkan efek yang besar. Namun jika kita ingin melihatnya lebih jauh, lubang itu sangat membahayakan, baik untuk penumpang di dek bawah yang melubangi, juga untuk penumpang dek atas yang tidak tahu menahu penumpang dek bawah melubangi kapal. Akhirnya, sikap kita sebagai mahasiswa yang sudah mengetahui bahwa demokrasi bukanlah cara menyelesaikan permasalahan yang ada adalah dengan cara melakukan penyadaran publik. Penyadaran ini tentu tidak dilakukan sendiri, tapi berkelompok. Inilah yang dimaksud dakwah jamaah. Tentu saja, menolak demokrasi dan mengusung Islam sebagai solusi. Karena Islam rahmatan lil ‘alamin bukan rahmatan lil muslimin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar